Minggu, 06 November 2016

Resensi Novel Kalau Tak Untung

Resensi Novel Kalau Tak Untung
1.      Identitas Novel
            Judul                : Kalau Tak Untung
            Penulis             : Selasih
            Penerbit           : Balai Pustaka, 2001
            Tebal                : 156 Halaman
            Kota terbit       : Jakarta
            Tahun terbit     : 1095

2.      Kepengarangan
                                    Hj. Sariamin Ismail selain dikenal sebagai seorang sastrawan juga merupakan salah seorang tokoh dan pemikir pendidikan pergerakan Nasioanl. Dilahirkan oleh seorang ibu bernama Sari Uyah dan bapaknya bernama Lalu yang bergelar Dt. Raja Malintang. Anak kedua dari lima bersaudara ini lahir di kampung Koto Panjang desa Sunurut, Talu, Pasaman, Sumatera Barat pada tanggal 31 Juli tahun 1909

3.      Sinopsis Novel Kalau Tak Untung
                                    Novel ini menceritakan tentang seorang yang bernama Rasmani seorang anak kecil yang manja. Yang selalu dibanguni ibunya untuk pergi ke sekolah. Setiap pagi ibunya selalu memandikannya di tepi batang air yang tiada jauh dari rumahnya. Dengan muka yang jernih dan tenang dicempungkan ibunya Rasmani ke dalam air, disabunnya seluruh tubuh anaknya itu dan digosoknya dengan hati-hati.
            Dalipah adalah anak tertua dari keluar itu. Dalipah sangat sayang kepada Rasmani. Jika ibunya menyuruh Dalipah, maka Dalipah langsung mendengarkan apa yang dikatakan ibunya itu. Ibunya selalu menyuruh dia untuk membantu adiknya menyiapkan segala keperluan sekolahnya, mulai dari memakaikan bajunya, menyisir rambutnya dan menyuapinya sarapan, walaupun itu hanya nasi dan garam.
            Pada waktu ibu Rasmani mengantar Rasmani ke sekolah. Di tengah perjalanan mereka bertemu seorang anak laki-laki yang bernama Masrul. Ibu menyapa hangat Masrul yang tampak dari kejauhan. Masrul menjawab sapaan ibu dengan wajah tersenyum. Tetapi Rasmani tampak muram karena dia tidak begitu kenal apa lagi dekat dengan Masrul. Ketika itu hari sedang turun hujan lebat. Masrul melihat pakaian Rasmani basah. Rasmani dan ibunya hanya bertudung daun pisang, sedangkan Masrul memegang sebuah payung. Masrul berkata kepada Rasmani “Rasmani, marilah berjalan dengan dengan saya, buangkanlah daun pisangmu!” Rasmani memandang Masrul dengan kemalu-maluan, karena ia belum kenal kepada Masrul. Tanpa pikir panjang ibu menyuruh Rasmani untuk pergi ke sekolah dengan masrul. Karena ia akan bekerja ke ladang membantu suaminya.
            Sesampai mereka di pekarangan sekolah, Masrul mulai berbica kepada Rasmani tentang orangtuanya. Masrul menyuruh Rasmani untuk pergi ke sekolah bersama-sama dengan dia saja. Karena Masrul menganggap Rasmani sudah besar, jadi tidak perlu lagi diantar-antar ke sekolah. Masrul kasihan melihat orang tuanya Rasmani yang harus mengantar Rasmani ke sekolah, dan setelah itu pergi juga ke sawah. Mendengar perkataan Masrul itu, Rasmani terdiam sejenak. Dia tidak pernah terpikirkan akan hal itu, bahkan terlintas di benaknya pun tak ada. Ia berpikir wajar saja bila orang tuanya harus mengantar dia ke sekolah karena dia merasa masih kecil dan perlu diantar-antar ke mana saja.
            Masrul melihat wajah Rasmani yang tampak muram karena perkataannya tadi itu. Dia berharap Rasmani mau menerima permintaannya itu.
            Hari demi hari pun telah berlalu, mereka selalu berangkat ke sekolah bersama-sama. Jika Rasmani agak telat datang,maka Masrul akan menjemputnya ke rumah. Masrul sangat menyayangi  Rasmani. Dia menganggap nya seperti adiknya kandungnya sendiri. Karena anak ibu dan bapaknya hanya dia satu-satunya, jadi wajar saja kalau dia menyayangi Rasmani sekaligus memanjakannya.
            Apa pun yang Rasmani minta, pasti selalu diberikan Masrul dengan segenap hatinya. Jika uang jajan Masrul berlebih, pasti Masrul mengajak Rasmani untuk beli bersama-sama. Persahabatan mereka pun sangat dengan, sampai-sampai orang tua Rasmani senang melihat Masrul yang tampak sayang kepada Rasmani.
            Masrul kini akan melanjutkan kerja  begitu juga dengan Rasmani yang akan menjadi guru di desanya itu. Tapi ada masalah yang harus memisahkan kakak beradik itu. Masrul akan ditempatkan di negeri orang. Dia bekerja sebagai jurutulis. Hatinya sangat sakit harus meninggalkan desa tecintanya itu. Sang ibu pun amat bersedih akan mendengar kalau anaknya akan bekerja di negeri orang. Dia takut kalau anaknya itu tidak tau bagaimana cara menghidupinya di sana. Walaupun Masrul sudah meyakinkan ibunya bahwa dia bisa menjaga dirinya sendiri, ibunya tetap bersedih dan tak mau meninggalkan anaknya itu sendirian. Masrul tau apa yang dibuatnya itu akan membuat ibunya sedih, tapi mau bagaimana lagi dia harus melanjutkan pekerjaannya itu.
            Selepas dari ibunya, Masrul pun pergi menemui kediaman Rasmani. Dia berniat akan memberitahu mereka bahwa dia akan pergi jauh. Sesampai di rumah Rasmani, Dalipah menyuruh Masrul untuk masuk dan menghidangkan makanan. Masrul tampak senang dan takut juga untuk memberitahu mereka. Tapi jika dia memberitahu mereka, mereka akan sedih kalau ternyata Masrul telah pergi jauh.
            Karena orang-orang telah berkumpul, akhirnya Masrul memberitahu mereka semua. Ibu dan bapak Rasmani tampak senang mendengar hal itu, tetapi di sisi lain Rasmani tampak diam saja dan termenung. Dia takut bahwa Masrul akan pergi jauh dan tak akan pernah kembali ke sini lagi. Dalipah sang kakakmelihat raut wajah adiknya yang tampak sedih. Dalipah menyuruh adiknya itu untuk mengambil minum kepada Masrul. Rasmani pun pergi ke dapur dan mengambil minum yang di suruh kakanya itu.
            setelah beberapa jam kemudian, akhirnya Masrul memberitahu bahwa ada hal yang lebih penting dari keberangkatannya itu. Ibu Masrul menyuruh Masrul untuk mencari pendamping ke sana. Tetapi Masrul menolak hal itu karena dia belum mau menikah. Ibu dan bapak Rasmani pun hanya bisa memberi nasehat agar memikirkan apa yang di katakana ibunya itu. Mendengar hal itu Rasmani semakin bersedih. Dia tak sanggup mendengar hal itu. Bagaimana mungkin dia melepas kakanya yang akan pergi jauh dan didampingi seorang perempuan disisinya.  Hatinya kini semakin sakit saja. Masrul melihat wajah Rasmani yang begitu sedih. Masrul tau bahwa adinya itu tak akan melepas kepergiannya itu begitu saja.
            Hari sudah mulai malam. Masrul pamit akan kembali kerumah. Rasmani langsung memanggil Masrul
            “Abang.. tunggu!!” mendengar teriakkan Rasmani, Masrul pun berhenti. Kapan abang akan pergi? Masrul hanya tersenyum mendengar ucapan adiknya itu. Abang akan pergi pekan depan. Hati Rasmani pun lega dengar jawaban abang nya itu. Sebelum abag pergi sebaiknya menemui Rasmani dulu ya. Karena Rasmani akan memberikan abang kenang-kenangan.  Masrul pun mengiyakan permintaan adiknya itu.
            Waktu yang ditunggu Masrul  pun kini tiba. Dia menemui adiknya itu sebelum berangkat. Adiknya memberikan kotak yang berisi kenangan-kenangan mereka sewaktu kecil. Akhirnya Masrul pun pergi. Sesampai di sana dia berusaha mencari tempat tinggal yang bisa dia tempati selama dia tinggal di negeri orang. Beberapa hari kemudian Rasmani telah berkirim surat kepada kakak tercintanya itu. Masrul pun tersenyum malu mendapat surat dari adiknya itu karena waktu belum sampai sepekan adiknya teah mengirim dia surat rindu. Akhirnya mereka balas-membalas surat. Sampai Masrul mengirim surat yang sangat mengejut hati Rasmani. Masrul menyuruh Rasmani untuk mengajari cara menulis, membaca kepada Aminah, calon istri Masul. Sebenarnya Rasmani tidak mau mengiyakan permintaan kakaknya itu, tapi kalau dia tidak mau menerimanya pasti hati kakaknya itu akan sedih. Akhirnya Rasmani menerima permintaan itu. Aminah pun setiap hari datang ke rumah Rasmani untuk diajarkan cara menulis dan membaca. Hati Masrul senang mendengar kabar itu. Dia senang melihat adiknya memiliki hati yang besar terhadap orang-orang sekitarnya.
            Masrul pun tak pernah lagi berkirim surat kepada Rasmani. Begitu juga dengan Rasmani yang tak pernah mengirim surat. Mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
            Sampai –sampai Rasmani jatuh sakit. Dan dirawat di rumah sakit. Dokter dan dukun pun telah memberikan obat, tetapi tidak bisa juga menyembuhkan penyakit Rasmani. Rasmani mengidap penyakit jantung. Dia selalu pingsan kalau mendengar hal-hal yang buruk.
            Rasmani selalu mengirim surat kepada Masrul, tetapi tidak menceritakan penyakitnnya itu. Masrul  lama membalas surat Rasmi yang akhirnya membuat jantung Rasmani semakin parah. Melihat keadaan adiknya itu, Dalipah akhirnya mengirim surat kepada Masrul yang menyuruh Masrul untuk pulang dan melihat keadaan Rasmani yang semakin memburuk. Tetapi Masrul juga tidak membalas surat dari Dalipah.
            Beberapa hari kemudian meninggallah Rasmani. Semua keluarga yang ditinggalkannya sangat sedih terutama ibunya. Satu desa sangat sedih akan kehilangan guru paling mulia di desa itu. Sehari sesudah kematian Rasmani,barulah Masrul datang ke desa. Sesampai Masrul di rumahnya, ibunya menyuruh Masrul untuk sholat dulu. Masrul pun tampak heran melihat tingkah ibunya itu. Dengan terpaksa Masrul pun mengikuti perintah ibunya itu.
            Setelah mereka sholat, barulah ibunya menceritakan tentang kematian Rasmani. Hati Masrul tampak hancur mendengar perkataan ibunya itu. Dia tidak percaya bahwa adiknya itu akan pergi secepat itu. Tampa basa-basi Masrul pun pergi ke rumah Rasmani. Sesampai di sana, dia melihat orang-orang telah mengaji-mengaji. Hati Masrul kini semakin terpukul. Dalipah melihat kedatangan Masrul dan menyuruhnya untuk masuk. Masrul pun tak tahan melihat adiknya itu, dia menangis-menangis seperti anak-anak. Dia tak tau harus berbuat apa lagi. Saat terakhir kali adikya masih hidup, dia tak bisa melihat wajahnya. Hari pun mulai malam. Orang-orang  telah berpulangan, tetapi tidak untuk Masrul dan keluarganya. Dalipah menceritakan kepada Masrul bahwa Rasmani sangat ingin menemui Masrul untuk yang terakhir kalinya. Masrul hanya terdiam dan terus menangis. Jika kalau saja dia tak datang terlambat, pasti dia bisa memenuhi permintaan adik tercintanya itu.
            Dalipah pun memberikan surat kepada Masrul setelah tiga hari kematian Rasmani. Masrul pun membukanya dan membacanya secara perlahan-lahan. Hatinya sangat sakit membaca surat dari adiknya itu. Dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Dia berpikir bahwa dia adalah orang paling kejam di dunia ini , dan lebih kejam dari seorang pembunuh. Dia tak sepatutnya hidup di dunia ini. Begitulah yang terlintas di benak Masrul.

4.                  Unsur-unsur intrinsik
a.       Tokoh :
1.      Ibu Rasmani          : Baik, penyayang
            Dengan muka yang jernih dan tenang dicempungkan ibunya Rasmani ke dalam air, disabunnya seluruh tubuh anaknya itu dan digosoknya dengan hati-hati.
2.      Dalipah                 
            Watak    :  Penyayang
            Kutipan : Mendengar seru itu keluarlah Dalipah dari dapur, diambilnya sisir dan sepotong perca. Dengan hati-hati disisirnya rambut adiknya itu, dijalinnya baik-baik dan diikatnya dengan perca kain tadi. Dalipah pegi ke dapur, diambilnya garam sedikit, digilingnya halus-halus dan digaraminya nasi Rasmani.

3.      Datuk Sinaro         :  penyayang
            Sawah ladangnya bukan harta pusaka, semua itu harus disewa dan kerbau pembajak pun kepunyaan orang. Tetapi anak-anaknya semua bersekolah dan mengajai. Tidak saja bersekolah tetapi dididik sebagai anak orang berpangkat-pangkat, diajar menjahit dan merenda, menyulam, menerawang, memasak-masak, bertanak, menggulai, membuat kue dan lain-lain.
4.      Masrul                   : penolong, baik, terkadang egois
            Ketika Masrul melihat baju Rasmani telah basah, berkatalah ia “Etek, biarlah Rasmani berjalan dengan saya, pulanglah Etek! Rasmani, marilah berjalan dengan saya, buanglah daun pisangmu!”
            Masrul dengan hati-hati benar menjaga Rasmani biarlah ia terkena hujan asal Rasmani terlindungi. Di tengah jalan kalu mereka bertemu dengan kuda atau kerbau lepas, yang acap kali kejadian, dipegangnya tangan Rasmani erat-erat dan dibawanya lari atau menghindar.
            Karena melihat ibunya telah menangis, Masrul tak dapat mengelak lagi, sebab itu ia berkata, “kalau begitu baiklah, ibu! Saya berjanji dalam tiga tahun ini;  sesudah  tiga tahun saya jemput si Aminah pulang.
5.      Ibu Masrul             : egois
            O, sekarang engkau telah besar, tahu engkau dipenat akan menurut rumah mamakmu. Dahulu ketika kecil, ketika akan meminta kain sarung atau baju jas, rumah-rumah itu tidak dijauh, tak pernah bengkak kakimu berjalan pergi kesitu. Ia pula, orang sekarang sudah menjadi engku jurutulis tak pandai berjalan lagi.”kata ibu masrul yang memperlihatkan kesal hatinya.

5.      Tema: Penyesalan yang terlambat
6.      Alur : maju mundur (campuran)
            Pada saat Masrul telah menikah dan terbayang olehnya sewaktu mereka kecil bersama adik tercintanya itu. Dia berpikir bahwa seandainya yang menjadi istrinya itu adalah Rasmani. Tapi hal itu merasa bodoh yang harus dia pikirkan, dan tak akan mungkin terjadi, karena dia telah memiliki istri.

7.      Latar :
a.Tempat          : di rumah, kuburan, sekolah, jalan tol, sawah, kota
 Sewaktu Rasmani meninggal, Masrul pergi ke kuburan Rasmani dan     meminta maaf, karena tidak melihat dia untuk yang terakhir kalinya.
b.Waktu           : pagi hari, siang hari, malam hari
 Sampai malam hari pun Masrul masih di rumah kediaman Rasmani  walaupun orang-orang sudah berpulangan ke rumah masing-masing
c.Suasana         : menyedihkan, terharu, menyenangkan
Masrul sangat menyesal karena tidak membaca surat Rasmani ketika Rasmani masih hidup. Dia sangat bersedih karena tidak melihat adiknya itu.
8.      Sudut pandang: orang ketiga serba tau
Dalipah selalu membantu adiknya dalam hal apa pun. Dan ketika  adiknya pengidap penyakit, dia juga yang membantunya. Ketika adiknya bersedih, Dalipah juga yang menghibur adik tercintanya itu. Dia sangat tau tentang adiknya itu
 Mulai hal kecil sampai hal yang besar.

9.      Unsur Ekstrinsik        

A.    Nilai Agama
selalu mengucap astafirulah ketika mengalami kesalahan dan selalu memohon kepada allah.
Kutipan     : Ketika Rasmani menemui Masrul, Rasmani mengatakan bahwa  Masrul tidak sayang kepada dirinya lagi. Spontan kagetlah Masrul dan mengucap Astafirullah karena mendengar perkataan adiknya itu.
B.     Nilai kesopanan
Ketika Masrul hendak mau pergi merantau, dia banyak menemui orang-orang desa untuk mengatakan selamat tinggal bahwa dia akan pergi jauh. Terutama keluarga Rasmani.
Kutipan     : Masrul pergi ker rumah Rasmani dan berniat untuk pamitan, bahwa dia akan pergi jauh. Orang tua Rasmani hanya memberi nasehat kepada dirinya agar selalu hati-hati terhadap orang yang baru dikenalnya.
C.     Nilai Moral
Masrul mengabaikan perjodohan orang tuanya dengan Aminah dan dia memilih  menikahi Muslinah  yang dijodohkan oleh gurunya.
Kutipan     : Masrul memang tidak mencintai Aminah yang dijodohkan oleh ibunya. Walaupun ibunya memaksanya, dia tidak juga mau menerima Aminah dan lebih memilih Muslinah.
10.  Kelemahan dan Kelebihan
A.    Kelemahan
Novel ini lumayan susah untuk dipahami karena masih memakai ejaan lama. Gaya bahasanya juga belum beragam. Karya sastra Indonesia lama yang jumlahnya sangat sedikit. Sampai-sampai pada cetak ulang yang kedelapan.
B.     Kelebihan
Novel ini mengajarkan kita pentingnya  pendidikan. Walaupun Masrul tinggal di perdesaan tetapi niatnya untuk sekolah tinggi dan dapat pekerjaan sangat besar. Walaupaun hatinya sangat sedih untuk meninggalkan keluarga tercintanya yang ada di desa, tetapi dia harus melakukannya karena itulah yang dicita-citakannya sewaktu kecil.

11.  Kesimpulan
Novel Kalau Tak Untung ini menceritakan kisah dimana kakak beradik yang harus terpisah jauh karena faktor pekerjaan. Namun hal itu tidak memisahkan rasa sayang mereka terhadap satu sama lain. Mereka selalu berkirim surat walaupun membalas suratnya cukup lama.
Walaupaun mereka tinggal di perdesaan, tetapi itu tdak mematahkan semangat mereka untuk bekerja di negeri orang. Karena orang yang bersungguh-sungguh akan di berikan Tuhan keindahan dan kemudahan dalam menjalani pekerjaan.








3 komentar: