Resensi Novel Kalau Tak
Untung
1. Identitas
Novel
Judul : Kalau Tak Untung
Penulis : Selasih
Penerbit : Balai Pustaka, 2001
Tebal : 156 Halaman
Kota terbit :
Jakarta
Tahun terbit :
1095
2. Kepengarangan
Hj. Sariamin Ismail
selain dikenal sebagai seorang sastrawan juga merupakan salah seorang tokoh dan
pemikir pendidikan pergerakan Nasioanl. Dilahirkan oleh seorang ibu bernama
Sari Uyah dan bapaknya bernama Lalu yang bergelar Dt. Raja Malintang. Anak
kedua dari lima bersaudara ini lahir di kampung Koto Panjang desa Sunurut,
Talu, Pasaman, Sumatera Barat pada tanggal 31 Juli tahun 1909
3. Sinopsis
Novel Kalau Tak Untung
Novel ini menceritakan
tentang seorang yang bernama Rasmani seorang anak kecil yang manja. Yang selalu
dibanguni ibunya untuk pergi ke sekolah. Setiap pagi ibunya selalu
memandikannya di tepi batang air yang tiada jauh dari rumahnya. Dengan muka
yang jernih dan tenang dicempungkan ibunya Rasmani ke dalam air, disabunnya
seluruh tubuh anaknya itu dan digosoknya dengan hati-hati.
Dalipah adalah anak tertua dari keluar itu. Dalipah sangat
sayang kepada Rasmani. Jika ibunya menyuruh Dalipah, maka Dalipah langsung
mendengarkan apa yang dikatakan ibunya itu. Ibunya selalu menyuruh dia untuk
membantu adiknya menyiapkan segala keperluan sekolahnya, mulai dari memakaikan
bajunya, menyisir rambutnya dan menyuapinya sarapan, walaupun itu hanya nasi
dan garam.
Sesampai mereka di pekarangan sekolah, Masrul mulai
berbica kepada Rasmani tentang orangtuanya. Masrul menyuruh Rasmani untuk pergi
ke sekolah bersama-sama dengan dia saja. Karena Masrul menganggap Rasmani sudah
besar, jadi tidak perlu lagi diantar-antar ke sekolah. Masrul kasihan melihat
orang tuanya Rasmani yang harus mengantar Rasmani ke sekolah, dan setelah itu
pergi juga ke sawah. Mendengar perkataan Masrul itu, Rasmani terdiam sejenak.
Dia tidak pernah terpikirkan akan hal itu, bahkan terlintas di benaknya pun tak
ada. Ia berpikir wajar saja bila orang tuanya harus mengantar dia ke sekolah
karena dia merasa masih kecil dan perlu diantar-antar ke mana saja.
Masrul melihat wajah Rasmani yang tampak muram karena
perkataannya tadi itu. Dia berharap Rasmani mau menerima permintaannya itu.
Hari
demi hari pun telah berlalu, mereka selalu berangkat ke sekolah bersama-sama.
Jika Rasmani agak telat datang,maka Masrul akan menjemputnya ke rumah. Masrul
sangat menyayangi Rasmani. Dia
menganggap nya seperti adiknya kandungnya sendiri. Karena anak ibu dan bapaknya
hanya dia satu-satunya, jadi wajar saja kalau dia menyayangi Rasmani sekaligus
memanjakannya.
Apa
pun yang Rasmani minta, pasti selalu diberikan Masrul dengan segenap hatinya.
Jika uang jajan Masrul berlebih, pasti Masrul mengajak Rasmani untuk beli
bersama-sama. Persahabatan mereka pun sangat dengan, sampai-sampai orang tua
Rasmani senang melihat Masrul yang tampak sayang kepada Rasmani.
Masrul
kini akan melanjutkan kerja begitu juga
dengan Rasmani yang akan menjadi guru di desanya itu. Tapi ada masalah yang
harus memisahkan kakak beradik itu. Masrul akan ditempatkan di negeri orang.
Dia bekerja sebagai jurutulis. Hatinya sangat sakit harus meninggalkan desa
tecintanya itu. Sang ibu pun amat bersedih akan mendengar kalau anaknya akan
bekerja di negeri orang. Dia takut kalau anaknya itu tidak tau bagaimana cara
menghidupinya di sana. Walaupun Masrul sudah meyakinkan ibunya bahwa dia bisa
menjaga dirinya sendiri, ibunya tetap bersedih dan tak mau meninggalkan anaknya
itu sendirian. Masrul tau apa yang dibuatnya itu akan membuat ibunya sedih,
tapi mau bagaimana lagi dia harus melanjutkan pekerjaannya itu.
Selepas
dari ibunya, Masrul pun pergi menemui kediaman Rasmani. Dia berniat akan
memberitahu mereka bahwa dia akan pergi jauh. Sesampai di rumah Rasmani,
Dalipah menyuruh Masrul untuk masuk dan menghidangkan makanan. Masrul tampak
senang dan takut juga untuk memberitahu mereka. Tapi jika dia memberitahu
mereka, mereka akan sedih kalau ternyata Masrul telah pergi jauh.
Karena
orang-orang telah berkumpul, akhirnya Masrul memberitahu mereka semua. Ibu dan
bapak Rasmani tampak senang mendengar hal itu, tetapi di sisi lain Rasmani
tampak diam saja dan termenung. Dia takut bahwa Masrul akan pergi jauh dan tak
akan pernah kembali ke sini lagi. Dalipah sang kakakmelihat raut wajah adiknya
yang tampak sedih. Dalipah menyuruh adiknya itu untuk mengambil minum kepada
Masrul. Rasmani pun pergi ke dapur dan mengambil minum yang di suruh kakanya
itu.
setelah
beberapa jam kemudian, akhirnya Masrul memberitahu bahwa ada hal yang lebih
penting dari keberangkatannya itu. Ibu Masrul menyuruh Masrul untuk mencari
pendamping ke sana. Tetapi Masrul menolak hal itu karena dia belum mau menikah.
Ibu dan bapak Rasmani pun hanya bisa memberi nasehat agar memikirkan apa yang
di katakana ibunya itu. Mendengar hal itu Rasmani semakin bersedih. Dia tak
sanggup mendengar hal itu. Bagaimana mungkin dia melepas kakanya yang akan
pergi jauh dan didampingi seorang perempuan disisinya. Hatinya kini semakin sakit saja. Masrul
melihat wajah Rasmani yang begitu sedih. Masrul tau bahwa adinya itu tak akan
melepas kepergiannya itu begitu saja.
Hari
sudah mulai malam. Masrul pamit akan kembali kerumah. Rasmani langsung
memanggil Masrul
“Abang..
tunggu!!” mendengar teriakkan Rasmani, Masrul pun berhenti. Kapan abang akan
pergi? Masrul hanya tersenyum mendengar ucapan adiknya itu. Abang akan pergi
pekan depan. Hati Rasmani pun lega dengar jawaban abang nya itu. Sebelum abag
pergi sebaiknya menemui Rasmani dulu ya. Karena Rasmani akan memberikan abang
kenang-kenangan. Masrul pun mengiyakan
permintaan adiknya itu.
Waktu
yang ditunggu Masrul pun kini tiba. Dia
menemui adiknya itu sebelum berangkat. Adiknya memberikan kotak yang berisi
kenangan-kenangan mereka sewaktu kecil. Akhirnya Masrul pun pergi. Sesampai di
sana dia berusaha mencari tempat tinggal yang bisa dia tempati selama dia
tinggal di negeri orang. Beberapa hari kemudian Rasmani telah berkirim surat
kepada kakak tercintanya itu. Masrul pun tersenyum malu mendapat surat dari
adiknya itu karena waktu belum sampai sepekan adiknya teah mengirim dia surat
rindu. Akhirnya mereka balas-membalas surat. Sampai Masrul mengirim surat yang
sangat mengejut hati Rasmani. Masrul menyuruh Rasmani untuk mengajari cara
menulis, membaca kepada Aminah, calon istri Masul. Sebenarnya Rasmani tidak mau
mengiyakan permintaan kakaknya itu, tapi kalau dia tidak mau menerimanya pasti
hati kakaknya itu akan sedih. Akhirnya Rasmani menerima permintaan itu. Aminah
pun setiap hari datang ke rumah Rasmani untuk diajarkan cara menulis dan
membaca. Hati Masrul senang mendengar kabar itu. Dia senang melihat adiknya
memiliki hati yang besar terhadap orang-orang sekitarnya.
Masrul
pun tak pernah lagi berkirim surat kepada Rasmani. Begitu juga dengan Rasmani
yang tak pernah mengirim surat. Mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Sampai
–sampai Rasmani jatuh sakit. Dan dirawat di rumah sakit. Dokter dan dukun pun
telah memberikan obat, tetapi tidak bisa juga menyembuhkan penyakit Rasmani.
Rasmani mengidap penyakit jantung. Dia selalu pingsan kalau mendengar hal-hal
yang buruk.
Rasmani
selalu mengirim surat kepada Masrul, tetapi tidak menceritakan penyakitnnya
itu. Masrul lama membalas surat Rasmi
yang akhirnya membuat jantung Rasmani semakin parah. Melihat keadaan adiknya
itu, Dalipah akhirnya mengirim surat kepada Masrul yang menyuruh Masrul untuk
pulang dan melihat keadaan Rasmani yang semakin memburuk. Tetapi Masrul juga
tidak membalas surat dari Dalipah.
Beberapa
hari kemudian meninggallah Rasmani. Semua keluarga yang ditinggalkannya sangat
sedih terutama ibunya. Satu desa sangat sedih akan kehilangan guru paling mulia
di desa itu. Sehari sesudah kematian Rasmani,barulah Masrul datang ke desa.
Sesampai Masrul di rumahnya, ibunya menyuruh Masrul untuk sholat dulu. Masrul
pun tampak heran melihat tingkah ibunya itu. Dengan terpaksa Masrul pun
mengikuti perintah ibunya itu.
Setelah
mereka sholat, barulah ibunya menceritakan tentang kematian Rasmani. Hati
Masrul tampak hancur mendengar perkataan ibunya itu. Dia tidak percaya bahwa
adiknya itu akan pergi secepat itu. Tampa basa-basi Masrul pun pergi ke rumah
Rasmani. Sesampai di sana, dia melihat orang-orang telah mengaji-mengaji. Hati
Masrul kini semakin terpukul. Dalipah melihat kedatangan Masrul dan menyuruhnya
untuk masuk. Masrul pun tak tahan melihat adiknya itu, dia menangis-menangis
seperti anak-anak. Dia tak tau harus berbuat apa lagi. Saat terakhir kali
adikya masih hidup, dia tak bisa melihat wajahnya. Hari pun mulai malam.
Orang-orang telah berpulangan, tetapi
tidak untuk Masrul dan keluarganya. Dalipah menceritakan kepada Masrul bahwa
Rasmani sangat ingin menemui Masrul untuk yang terakhir kalinya. Masrul hanya
terdiam dan terus menangis. Jika kalau saja dia tak datang terlambat, pasti dia
bisa memenuhi permintaan adik tercintanya itu.
Dalipah
pun memberikan surat kepada Masrul setelah tiga hari kematian Rasmani. Masrul
pun membukanya dan membacanya secara perlahan-lahan. Hatinya sangat sakit
membaca surat dari adiknya itu. Dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Dia
berpikir bahwa dia adalah orang paling kejam di dunia ini , dan lebih kejam
dari seorang pembunuh. Dia tak sepatutnya hidup di dunia ini. Begitulah yang
terlintas di benak Masrul.
4.
Unsur-unsur intrinsik
a. Tokoh
:
1.
Ibu Rasmani : Baik, penyayang
Dengan muka yang jernih dan tenang dicempungkan
ibunya Rasmani ke dalam air, disabunnya seluruh tubuh anaknya itu dan
digosoknya dengan hati-hati.
2.
Dalipah
Watak :
Penyayang
Kutipan : Mendengar seru itu keluarlah Dalipah dari dapur, diambilnya sisir dan
sepotong perca. Dengan hati-hati disisirnya rambut adiknya itu, dijalinnya
baik-baik dan diikatnya dengan perca kain tadi. Dalipah pegi ke dapur,
diambilnya garam sedikit, digilingnya halus-halus dan digaraminya nasi Rasmani.
3.
Datuk Sinaro : penyayang
Sawah ladangnya bukan harta pusaka, semua
itu harus disewa dan kerbau pembajak pun kepunyaan orang. Tetapi anak-anaknya
semua bersekolah dan mengajai. Tidak saja bersekolah tetapi dididik sebagai
anak orang berpangkat-pangkat, diajar menjahit dan merenda, menyulam,
menerawang, memasak-masak, bertanak, menggulai, membuat kue dan lain-lain.
4.
Masrul :
penolong, baik, terkadang egois
Ketika Masrul melihat baju Rasmani telah
basah, berkatalah ia “Etek, biarlah Rasmani berjalan dengan saya, pulanglah
Etek! Rasmani, marilah berjalan dengan saya, buanglah daun pisangmu!”
Masrul dengan hati-hati benar
menjaga Rasmani biarlah ia terkena hujan asal Rasmani terlindungi. Di tengah
jalan kalu mereka bertemu dengan kuda atau kerbau lepas, yang acap kali
kejadian, dipegangnya tangan Rasmani erat-erat dan dibawanya lari atau
menghindar.
Karena melihat ibunya telah
menangis, Masrul tak dapat mengelak lagi, sebab itu ia berkata, “kalau begitu
baiklah, ibu! Saya berjanji dalam tiga tahun ini; sesudah
tiga tahun saya jemput si Aminah pulang.
5.
Ibu Masrul : egois
O, sekarang engkau telah besar, tahu engkau
dipenat akan menurut rumah mamakmu. Dahulu ketika kecil, ketika akan meminta
kain sarung atau baju jas, rumah-rumah itu tidak dijauh, tak pernah bengkak
kakimu berjalan pergi kesitu. Ia pula, orang sekarang sudah menjadi engku
jurutulis tak pandai berjalan lagi.”kata ibu masrul yang memperlihatkan kesal
hatinya.
5.
Tema:
Penyesalan yang terlambat
6.
Alur
: maju mundur (campuran)
Pada saat Masrul
telah menikah dan terbayang olehnya sewaktu mereka kecil bersama adik
tercintanya itu. Dia berpikir bahwa seandainya yang menjadi istrinya itu adalah
Rasmani. Tapi hal itu merasa bodoh yang harus dia pikirkan, dan tak akan
mungkin terjadi, karena dia
telah memiliki istri.
7.
Latar
:
a.Tempat : di rumah,
kuburan, sekolah, jalan tol, sawah, kota
Sewaktu
Rasmani meninggal, Masrul pergi ke kuburan Rasmani dan meminta maaf, karena tidak melihat dia
untuk yang terakhir kalinya.
b.Waktu : pagi
hari, siang hari, malam hari
Sampai malam
hari pun Masrul masih di rumah kediaman Rasmani walaupun orang-orang sudah berpulangan ke
rumah masing-masing
c.Suasana : menyedihkan, terharu, menyenangkan
Masrul sangat menyesal karena tidak membaca surat
Rasmani ketika Rasmani masih hidup. Dia sangat bersedih karena tidak melihat
adiknya itu.
8.
Sudut pandang:
orang ketiga serba tau
Dalipah selalu membantu adiknya
dalam hal apa pun. Dan ketika adiknya
pengidap penyakit, dia juga yang membantunya. Ketika adiknya bersedih, Dalipah
juga yang menghibur adik tercintanya itu. Dia sangat tau tentang adiknya itu
Mulai hal kecil sampai hal yang besar.
9. Unsur
Ekstrinsik
A.
Nilai Agama
selalu mengucap
astafirulah ketika mengalami kesalahan dan selalu memohon kepada allah.
Kutipan : Ketika
Rasmani menemui Masrul, Rasmani mengatakan bahwa Masrul tidak sayang kepada dirinya lagi.
Spontan kagetlah Masrul dan mengucap Astafirullah karena mendengar perkataan
adiknya itu.
B.
Nilai kesopanan
Ketika
Masrul hendak mau pergi merantau, dia banyak menemui orang-orang desa untuk
mengatakan selamat tinggal bahwa dia akan pergi jauh. Terutama keluarga
Rasmani.
Kutipan : Masrul
pergi ker rumah Rasmani dan berniat untuk pamitan, bahwa dia akan pergi jauh.
Orang tua Rasmani hanya memberi nasehat kepada dirinya agar selalu hati-hati
terhadap orang yang baru dikenalnya.
C.
Nilai Moral
Masrul
mengabaikan perjodohan orang tuanya dengan Aminah dan dia memilih menikahi Muslinah yang dijodohkan oleh gurunya.
Kutipan : Masrul
memang tidak mencintai Aminah yang dijodohkan oleh ibunya. Walaupun ibunya
memaksanya, dia tidak juga mau menerima Aminah dan lebih memilih Muslinah.
10. Kelemahan
dan Kelebihan
A.
Kelemahan
Novel
ini lumayan susah untuk dipahami karena masih memakai ejaan lama. Gaya
bahasanya juga belum beragam. Karya sastra Indonesia lama yang jumlahnya sangat
sedikit. Sampai-sampai pada cetak ulang yang kedelapan.
B.
Kelebihan
Novel
ini mengajarkan kita pentingnya
pendidikan. Walaupun Masrul tinggal di perdesaan tetapi niatnya untuk
sekolah tinggi dan dapat pekerjaan sangat besar. Walaupaun hatinya sangat sedih
untuk meninggalkan keluarga tercintanya yang ada di desa, tetapi dia harus
melakukannya karena itulah yang dicita-citakannya sewaktu kecil.
11. Kesimpulan
Novel Kalau Tak Untung ini menceritakan kisah dimana
kakak beradik yang harus terpisah jauh karena faktor pekerjaan. Namun hal itu
tidak memisahkan rasa sayang mereka terhadap satu sama lain. Mereka selalu
berkirim surat walaupun membalas suratnya cukup lama.
Walaupaun mereka tinggal di perdesaan, tetapi itu
tdak mematahkan semangat mereka untuk bekerja di negeri orang. Karena orang
yang bersungguh-sungguh akan di berikan Tuhan keindahan dan kemudahan dalam
menjalani pekerjaan.
sangat membantu, terimakasih:)
BalasHapusTerima Kasih Banyak
BalasHapusIya Sama sama
Hapus